Hari ini Senen, tanggal 17 Agustus 2009 , bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 64. Seperti kebiasaan yang sudah berjalan puluhan Tahun, hari besar ini dirayakan oleh bangsa Indonesia dengan berbagai acara dan kegiatan , dari pusat kota sampai ke pelosok kampung. Tentu saja sangat beragam bentuk acara hajatan tahunan yang sudah dari tahun ke tahun dilaksanakan di negeri ini.
Selama 64 Tahun Negeri ini Merdeka, sudah ( 6 ) enam orang yang memimpin Republik ini.Yang pertama sekaligus Prokamator kita, Presiden Pertama Republik Indonesia adalah Ir.soekarno, Selanjutnya adalah Soeharto, Burhanuddin Jusuf Habibi, KH Abdurrahman wahid, Megawati Soekarno Putri dan Presiden yang berkusa sekarang adalah Susilo Bambang Yudoyono, lebih popular di panggil bapak SBY.
Dalam rangka memeriahkan hari kemenangan ini sangat banyak ragam permainan atau aneka perayaan yang sudah biasa dilaksanakan di seantero Nusantara , antara lain pertandingan domino, pertandingan berbagai olah raga, atletik, pacu sampan, tarik tambang, adu cepat makan ,berlari dalam karung , panjat pohon pinang, pentas musik tradisional, lomba orasi dan pidato,,orgen tunggal dengan tariannya, gerak jalan indah, pawai, menghias kampung atau gapura,lomba penulisan, sampai kepada acara puncaknya yaitu upacara bendera, memperingati Detik Detik Proklamasi. Sudah menjadi kebiasan di seluruh Indonesia ,khusus Upacara Bendera ini dilakukan sekitar Jam 10 di pagi hari. Serentak di seluruh wilayah Republik Indonesia
Saya masih ingat ketika masih kanak kanak juga pernah ikutan perayaan Tujuh Belas Agustus ini, kala itu kami masih Sekolah Dasar di sebuah kota yang indah dan damai di Sumatra Barat.Saya sangat merasa bangga karena dipilih oleh ibu guru saya untuk memegang bendera Merah Putih. Saya pegang dengan mantapnya, tetapi pegel juga rasanya karena dibawa terus di sepanjang jalan. Waktu itu kami pawai karnaval keliling kota, berarak arak, bersuka ria dan berpanas panas di terpa sinar matahari di sepenjang jalan yang dilalui. Saya termasuk beruntung karena berpakaian necis dan rapi serta bersepatu pula. Merek sepatunya Festakus. Sementara teman saya ada yang tak bersepatu, pakai celana dan baju robek, atau dibuat lusuh dan dirobek seolah olah kala itu zaman penjajahan, masa perjuangan. Muka dan sebagian tangan di olesi arang tempurung agar berkesan serem dan mengingatkan keadaan melawan penjajah waktu itu. Sebagian lagi bertelanjang dada dengan rambut acak acakan, malah ada yang bersedia untuk digunduli, di botakin, lalu di kepala plontosnya ditulisi dengan spidol antara lain kalimat yang berbunyi , Merdeka atau Mati, Maju tak Gentar, Pekik Merdeka dan sebagainya .Pokoknya heroik dan patriotisme sekali kesan yang ditimbulkannya. Ada diantaranya membawa tepe recorder, sambil disambungkan ke pengeras suara yang pakai accu, mengalunkan lagu lagu perjuangan , sambil sesekali diselingi dengan membaca sajak dan bergaya teatrikal berjalan.
Itulah saat saat perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang paling meriah yang pernah saya rasakan dan berkesan sampai sekarang. Kejadian itu di tahun 70 an, ketika kami akan mempersiapkan ulangan umum, artinya tahun depannya kami sudah bukan anak Sekolah Dasar lagi.
Setelah itu sepertinya masa cepat saja berlalu hari berganti minggu,minggu berganti bulan ,bulan berganti tahun, tahun berganti dasawarsa, sudah empat dasawarsa terlewati.
Dari tahun ke tahun tentu ada saja perobahan yang terjadi dalam rangka Ulang Tahun Republik Indonesia , baik perobahan kepada kemajuan , ataupun perobahan kepada kemunduran dan keterbelakangan. Umpama dalam hal upacara bendera yang sakral itu,selama ini kita kenal upacara bendera dilakukan di lapangan atau daerah terbuka, namun kali ini berbeda sekali, dan ini untuk pertama kali terjadi di Indonesia, yaitu melaksanakan upacara bendera dalam rangka HUT Republik Indonesia di dasar laut, Ini terjadi hari Senen tanggal 17 Agustus 2009, diadakan di Malalayang Sulawesi Utara tepatnya di Manado Bukan hanya itu, ada yang lebih hebat lagi , peserta yang ikut upacara bendera yang langka itu di hadiri 2.486 ( dua ribu empatratus delapanpuluh enem) orang, mereka adalah para penyelam handal dari seluruh Indonesia. Satu lagi nilai tambahnya adalah bahwa salah satu stasiun televisi pusat di Jakarta menyiarkan acara ini secara langsung , tentunya dilengkapi dengan laporan pandangan mata dari dasar laut. Ini sebuah kemajuan .
Masih terjadi di Sulawesi, dihari yang sama, dan acara yang sama, para pecinta alam salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Selatan melakukan pendakian sebuah bukit terjal di Enrekang , sebuah kota di sebelah utara kota Makasar ,dan memasang Sangsaka Merah Putih, Bendera Republik Indonesia yang berukuran 12 x 20 meter.Pemasangan Bendera besar itu di tebing yang terjal pada ketinggian 140 meter.Ini terjadi sekitar jam 10.00 pagi, Senen tanggal 17 Agustus Tahun 2009
Para pembaca yang saya hormati dan dirahmati Allah .Mari kita renungkan sejenak , sudah 64 kali di adakan peringatan atau ulang tahun Negari ini, sudah 64 tahun pula usia Republik tempat kita berdiam ini, mengingatkan pula kita pada usia Nabi Besar Muhammad SAW, saat beliau wafat dalam usia 64 tahun.Saya ingin bertanya pada anda, dengan sejujurnya , apakah arti kemerdekaan itu bagi anda selama ini .Apakah anda sudah puas dengan kemerdekaan yang sudah kita rasakan selama ini.
Saya melihat kita belum layak dan pantas mengatakan Merdeka, kecuali kita Merdeka dari penjajah, itu memang benar. Tapi tidak merdeka yang sesungguhnya. Bagaimana mungkin kalau lapangan kerja tak berimbang, pendidikan mahal dan susah, Negara tidak nyaman, teroris bisa sewaktu waktu meledakan bomnya, dimana mereka suka, korupsi tak mampu pemerintah membendungnya, biaya kesehatan sangat mahal, kabut asap menyesakan dada, berurusan administrasi di kantor pemerintahan susah dan pilih kasih, lampu penerangan rumah sering mati mendadak, ketersediaan air minum yang sehat jadi barang langka.
Kita perlu memahami kata kata Merdeka itu lagi, jadi tidak asal ikut merayakan saja, tidak asal upacara atau ikutan pawai saja.Saya memang pernah merayakan HUT RI, 40 Tahun yang lalu, waktu itu saya tidak paham apa itu Merdeka. Selanjutnya terserah anda mengartikan dan menafsirkan kata Merdeka itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar