16 Agustus, 2009

Seputar Masjid dan Masjid An-Nur Pakanbaru


Saya eddy saputra, masa kecil saya habiskan di kota dingin Bukittinggi. Dari sebelum remaja sudah gemar pergi ke Masjid karena sering di ajak Ayah saya , dan sayapun sangat menikmatinya. Seringkali saya memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan rumah Allah itu, baik model atau disainnya, warna catnya, kubahnya, mimbar dan karpet atau kwalitas tikar yang digunakan. Entah kenapa kebiasaan itu ada pada saya, malah sampai sekarang.Tentu saya bersyukur dengan hobby saya yang saya anggap positip itu, setidaknya menurut pendapat saya sendiri.
Pendidikan terakhir saya tidaklah berhubungan langsung dengan Masjid , akan tetapi kecintaan padanya tetap tidak pernah berkurang sampai saya berusia setengah abat sekarang ini , malahan semakin rindu berlama lama menikmati suasana hati dan suasana di seputar Masjid dan lingkungannya. Saya sering terpana dan kagum menikmati arsitek sebuah Masjid, dimana saja kota yang saya singgahi baik di dalam negeri maupun di luar negeri seringkali yang menjadi perhatian dan sangat tergoda pada sebuah Masjid .
Kalau soal Getaran Hati memasuki sebuah Masjid memang tak ada yang saya rasakan penuh keharuan dan bahagia selain memasuki Masjid Nabawi, atau Masjid Nabi yang berada di Madinah ,mungkin karena disana kita berziarah mengunjungi kuburan Baginda Nabi Muhammad SAW, dan sudah barang tentu yang nomor satu adalah ketika kaki ini melangkah memasuki Masjidil Haram di Makkah al-Mukaramah.Ini adalah rumah Allah yang pertama di planet bumi yang kita diami ini. Masjid ini punya sejarah yang sangat panjang dan berliku. Dilain kesempatan mudah mudahan saya akan diberi kemudahan menulis khusus tentang MasjidIL Haram ini , yaitu tempat berkumpulnya umat Islam seduia menunaikan rukun Islam yamg kelima, melaksanakan panggilan Allah untuk melaksanakan ibadah Haji yang dilaksnakan setahun sekali.
Memang di Masjid lainnya tetap juga ada rasa kagum, terharu, nikmad mata memandangnya , seperti yang saya lihat dan rasakan di Masjid Syah Alam Kualalumpur Malaysia, Masjid Banten lama. Saya juga menyaksikan indahnya Masjid Raya Medan yang sudah berumur lebih dari seratus tahun, Masjid Agung Palembang, Masjid Al-Maskaz di Sulawesi yang di prakarsai oleh mantan Jenderal M Yusuf ,Masjid Agung al-Akbar di Surabaya, Masjid di beberapa kota di Kalimantan. Saya juga berkesempatan menikmati historisnya Masjid peninggalan Walisongo di Ampel Jawa Timur ,Gresik, Demak,Kudus,Cirebon dan kota lainnya. Tak ketinggalan menikmati indah nya masjid Agung Jawa Tengah yang arsiteturnya beritu indah dan agak terbilang spesial karena menggunakan Payung Otomatis seperti yang terdapat pada Masjid Nabawi di Madinah
Berbicara soal masjid , tak bisa dipisahkan dengan ornament pendukungnya seperti Kubah, Menara ,Bedug ,Sound System dan lain sebagainya yang dianggap perlu.Sesuai dengan perkembangan zaman terkadang kita tidak lagi menjumpai umpamanya Menara atau Bedug dalam sebuah Masjid ,Hal ini dikarenakan sempitnya lahan atau Masjid yang terdapat di perkantoran atau di salah satu gedung bertingkat, biasanya ini terdapat di kota besar metropolitan , baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

MASJID AGUNG AN-NUR PAKANBARU
Pada tanggal 14 Agustus 2009 saya berkesempatan sholat magrib di Masjid Agung An-Nur di Pakanbaru yang dibanggakan warganya. Kalau soal keindahan dan kebersihan Masjid, tergolong biasa biasa saja,tapi lumanyanlah, maklum merawat dan memelihara Masjid besar tidaklah mudah, perlu biaya dan menajemen yang baik dan transparan serta disiplin yang tinggi bagi pegurus dan segenap karyawannya. Perlu kerja keras dengan kesabaran serta control yang berkala dari semua pihak, termasuk Pemerintah Daerah Propinsi Riau, Propinsi nomor dua terkaya di Indonesia setelah Kalimantan Timur

.
Seperti biasa, sebelum dikumandangkan azan magrib di sore itu, saya nenikmati pemandangan dan melihat menara yang menjuang ke langit, walau sebelumnya saya agak enggan karena aroma kabut asap yang menganggu pernafasan , tapi nampaknya sudah terbiasa dan dianggap bukan masalah lagi oleh banyak warga kota. Luar biasa, ada empat buah menara .Di Indonesia jarang ada Masjid yang punya menara empat buah, paling hanya dua buah Menara seperti yang terdapat di Masjid Raya Jawa Barat di Bandung.


Saya berjalan disekitar areal parkir, memandang kesana kemari, saya saksikan plaza yang cukup besar berhiaskan ornament dari kejauhan. Lalu saya melihat juga sebuah Begug , kelihatannya Bedug ini baru dibuat, seiring dengan pemugaran besar besaran Masjid ini beberapa tahun yang lalu. Khusus soal Bedug ini , ada perasaan sedih yang mengganggu mata memandang, anda bayangkan saja bahwa belum sapai sepuluh tahun Bedugnya sudah tidak karuan saja, kayu yang digunakan berkesan asal asalan, tidak kering sehingga hampir semua sambungan merenggang, belum lagi standar penyangga yang tidak seimbang dan tidak kokoh.Bedug ini hanya satu muka saja, tidak seperti Bedug yang terdapat di hampir semua Masjid di tanah Jawa. Muka yang satu dibalut kulit sapi , yaitu Bedug itu sendiri., sedang yang satu lagi dibiarkan kosong, dan difungsikan sebagai bak sampah, atau setidaknya banyak sampah didalamnya. Anda silakan lihat sendiri kalau kurang percaya. Kesan saya Bedug ini tidak mewakili kemegahan sebuah Masjid besar. Ketika saya coba menabuhnya untuk mendengar bunyi yang dihasilkan , alangkah tidak bagus dan asal saja bunyinya ,tidak ada roh suara Bedugnya, hampa . Sangat disayangkan memang, tetapi entahlah, apakah pengurus /pemborong Masjid yang salah alamat memesan kepada yang tidak ahlinya, atau hanya berkeinginan yang murah saja.
Saya sarankan, kalau urusan untuk Bedug ini, serahkanlah pada yang ahli di bidang Bedug , atau sekadar menambah wawasan soal Bedug Masjid, silakan lihat di http://www.fajarbaru-cinderamata.blogspot.com/ . Jangan sayang dengan uang untuk perkara sebuah Bedug untuk Masjid, ini akan mencerminkan sebuah nuansa spiritual yang historis. Umpamanya ketika masuk saat berbuka di bulan Puasa, tabuhlah Bedug sebagai tanda masuk nya waktu Sholat Magrib dan saat berbuka ,ini akan berkesan mendalam bagi kaum muslimin yang mendengarkan, apalagi kalau bunyi Bedug nya indah dan bergema

.
Pekarangan masjid An-Nur relatif besar, lebih dari 10 hektar. Sepengetahuan saya tidak ada Masjid di Indonesia yang punya pekarangan atau halanan yang seluas itu, kecuali Masjid Dian Al-Mahdi atau dikenal juga dengan nama masjid Kubah Emas yang terdapat di Desa Limo. Luas Masjid Kubah Emas dan pekarangannya lebih dari dua kali pekarangan Masjid Agung An-Nur pakanbaru. Jadi berarti luas pekarangan Masjid paling besar di Pakabaru ini lebih besar dari lahan Masjid Istiqlal di Jakarta. Artinya bahwa Masjid An-Nur ini nomor dua terluas pekarangannya di Indonesia ( maaf kalau saya keliru )

.

Bisa dibayangkan berapa anggaran yang dikeluarkan untuk perawatannya, terutama perawatan taman dan rerumputan yang kelihatan sepele, yang kalau tidak dipangkas dua bulan saja sudah seperti ladang saja kesannya., seperti bangunan tinggal rupanya. Belum lagi memikirkan problem listrik Pakanbaru yang sangat kurang cantik, alias sering mati hidup, sering mati mendadak. Kalau toh ada diesel tentu biaya operasional Masjid akan bertambah, sementara pembayaran listrik dengan kondisi mati hidup ini ternyata tidak ada pengurangan biaya rekening yang seimbang. Tapi entahlah , bagaimana kebijakan pemerintah daerah soal listrik untuk sarana ibadah ini, saya tidak tahu banyak dalam hal itu.


Selanjutnya saya akan kemukakan sebuah keadaan yang realistis pada Lingkungan Masjid ini, yang sudah ada dan dapat sama sama kita lihat dan kita renungkan bersama, tepatnya di plaza yang terdapat di halaman Masjid. Plaza ini berukuran hampir 1(satu) hektar, atau kurang lebih 79 x 118 meter.
Coba anda perhatikan kalau seandainya anda melihat dari udara, akan terkesan bahwa plaza ini tidak mencerminkan sebuah seni islami yang kental dan detail, malahan seolah olah ada muatan tersembunya dari symbol agama lain.Sekali lagi saya minta maaf kalau pemahaman saya tidak sepaham dengan pemahaman pengelola Masjid atau pembaca.Gambar yang saya lampirkan adalah rekaman dari Satelit, dan tentunya akurat kalau dibandingkan dengan pendapat pribadi saya saja

.
Saya jadi teringat ketika seorang sahabat dulu pernah bercerita, bahwa ketika arsitek Silaban yang mendisain Masjid Istiqlal lebih dari 30 tahun yang lalu, terdapat kesalahan pada system pemasangan keramik salah satu sudut ruangan, ada perintah untuk membongkar keramiknya kembali, entah siapa yang memerintahkan saya tidak tahu pasti. Setelah diselidiki, konon ada pola pemasangan keramik yang menyerupai symbol agama tertentu,bukan mencerminkan nuansa islam, entah disengaja atau tidak disengaja, tentu hanya Tuhan yang tahu

.
Saya rasakan bahwa dalam masalah apapun , kita harus selalu waspada, mempertimbangkan segala sesuatu, harus selektif, arif bijaksana dan penuh pertimbangan yang matang agar kita terhindar dari segala mara bahaya yang tidak kita sadari kehadirannya. Baik berpengaruh secara langsung dengan kehidupan dan agama yang kita anut , maupun pengaruh yang tidak langsung kepada kehidupan kita serta agama kita yang selayaknya harus kita jaga bersama. Antara umat , umara dan ulama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar